Ananda Ra'ame
“Ame..” Nanda terisak. Mimpi buruknya datang lagi. Pipinya kini basah karena air mata.
“Ame..” Nanda rindu Ame nya. Teman kecilnya. Peri manisnya.
Sudah hampir tiga tahun, tapi kepergian seorang Ame dari kehidupan Nanda masih menjadi mimpi terburuknya. Bagi Nanda, akan jauh lebih baik kalo ini emang bener-bener cuma sekedar bunga tidur. Nanda siap buat bangun kapanpun. Sayangnya ini kenyataan yang mau nggak mau harus diterima.
Nanda duduk. Dia usap sisa air mata yang tadi mengalir di pipinya. Pandangan matanya kosong. Tulang wajahnya kian terlihat saat berat badannya makin berkurang. Nanda termenung. Ini pertama kalinya setelah empat bulan Ame nggak muncul di mimpi. Kalimat yang Ame ucapkan bagai tamparan buat Nanda.
'Apa iya, Ame sedih kalo liat gue begini?'
Di sini Nanda sekarang. Dengan pakaian paling bagus yang dia punya. Dengan parfum termahal dan terwanginya. Dengan wajah yang kelihatan lebih baik dari sebelumnya. Nanda di sini. Duduk di samping sahabat sekaligus cintanya yang semoga, dengan segala doa tulus dari lubuk hatinya bisa beristirahat dalam ketenangan.
“Ame...” Bunga Baby's Breath di tangan Nanda menjadi rekannya berkunjung kali ini.
“Ame...” Nanda rindu setengah mati. Batu nisan bertuliskan Ananda Ra'ame membuat bibir Nanda terasa kelu. Dia ingin bercerita. Dia ingin bisa mendengar lagi celotehan lucu dari sahabatnya, cintanya. Tapi hanya nama Ame yang bisa keluar dari sana.
“Ame, Nanda rindu...” Lalu, Nanda teringat hal yang membuatnya sedikit tersenyum.
“Ame, inget nggak, dulu waktu kamu ikut pemilihan calon ketua RT? Kalo kamu sekarang masih di sini. Aku bakal usahain semampu dan sekuat aku buat wujudin hal itu. Walaupun aku harus keliatan bodoh dan konyol di mata orang-orang tapi aku nggak masalah. Apapun buat kamu.”
“Ame, Nanda minta maaf. Maaf Nanda belum bisa lupain kamu. Maaf Nanda belum bisa bahagia tanpa kamu. Nanda harus apa Me, harus gimana..”
“Ame, cintaku.”
“Ame, Nanda rindu..”
.