—backstreet_

“Eh Ren, lo udah denger belom?”

“Apaan?”

“Jaemin, katanya dia mau nikah sama Erin.”

“Hah? Yang bener? Kabar darimana tuh?”

“Ada yang liat kemaren, Jaemin sama Erin jalan berempat, sama dua ibu-ibu. Katanya sih emaknya Jaemin sama Erin.”

“Liat dimana emang?”

“Katanya sih masuk ke Frank & co

“Hm? Apaan tuh?”

“Yaelah Ren. Jan nolep nolep napa jadi orang, toko perhiasan itu.”

“Oh. Ya udah sih biarin. Ngurusin amat.”

“Duh elu mah, itu kan....” Ucapan sahabatnya, Haechan, sudah tidak Renjun hiraukan lagi. Ia rada menyesal karena sempat menanggapi obrolan tidak penting itu. Lagi pula, Jaemin dan Erin memang terlihat cocok bila bersama. Jadi apa masalahnya?

Jam kuliah sudah selesai sejak hampir 40 menit yang lalu. Tapi Renjun dan Haechan memilih menetap di kelas dengan alasan ngadem . Berhubung kelas ini juga tidak di pakai lagi sampai dua jam kedepan. “Chan, lo mau balik ke kos apa mau kemana?”

“Cari makan dulu deh, laper.”

“Ya udah, ayo.” Barang-barang bawaan mereka di masukan ke dalam tas. Bangkit dari kursi dan menatanya supaya tetap terlihat rapi, lalu berjalan ke arah pintu. Keduanya berjalan beriringan dengan santai, sambil sesekali bercakap-cakap ringan.

“Mau makan dimana Ren?” Tanya Haechan sambil mengorek tasnya, mencari kunci motor.

“Lo mau makan apa? Gue ngikuti aja deh.”

“Geprek mau? Gue lagi pengen yang pedes.”

“Boleh deh.”

Motor matic hitam itu dijalankan Haechan dengan tenang. Menyusuri jalanan kota pelajar menuju warung ayam geprek yang lumayan terkenal di sana. Tidak sampai 10 menit dan motor sudah terparkir di depan warung. Keduanya melepaskan helm yang mereka pakai dan masuk ke dalam lalu memesan makanan.

“Renjun, Haechan.” Kegiatan dua sahabat itu terhenti, Haechan dengan senyumnya menyapa orang yang memanggil mereka, “Oh, Erin. Hai”

“Kalian baru balik kampus? Oiya, boleh gabung nggak?” Tanpa menunggu jawaban, wanita berambut panjang itu duduk di samping Haechan, yang berada di depannya. “Iya, baru balik. Lo sendiri Rin?”

“Enggak, sama Jaemin. Dia lagi ke toilet.” Oh..

“Habis dari mana emangnya?” Haechan dengan siap mencari bahan gosip terbaru. “Dari kelas juga kok. Mau pulang bareng, jadi sekian makan dulu.” Tak berapa lama, lelaki yang bernama Jaemin itu datang. Lalu dengan segera duduk di bangku yang kosong. Di samping Renjun. “Hai, Ren.”

“Hai, Jaem.” Sapaan Jaemin hanya Renjun jawab seadanya. “Udah pada pesen?”

“Udah Jaem. Tadi punya kamu aku pesenin sekalian. Nggak papa kan?”

“Nggak papa Rin. Makasih.”

Selama menunggu pesanan datang, keempatnya mengisi waktu dengan mengobrol ringan. Walaupun hanya Haechan dan Erin yang lebih banyak berbicara. Berbeda dengan Renjun yang memilih untuk menjadi pendengar. Begitupun Jaemin, yang memilih untuk menjadi pengamat. Makanan akhirnya datang, dan mengalihkan perhatian mereka. “Ren, tar kita mampir ke apotek dulu ya.”

“Kenapa? Lo sakit?” Renjun menghentikan kunyahan nya dan menatap orang di depannya itu khawatir. “Enggak, beli obat sakit perut. Buat jaga-jaga kalo perut lo sakit. Lo kan pesen yang level 5.” Aduhh..

“Yaelah, gini doang.” Tangannya yang hendak menyuap nasi dan ayam ke mulutnya di tahan, oleh seseorang. Jaemin. Keduanya saling pandang untuk beberapa saat. Renjun tau arti dari tatapan mata orang yang ada di sampingnya itu. Dan dia mendengus kecil. “Kenapa Jaem?” Tangannya masih belum di lepaskan. Malah genggamannya semakin menguat.

Jawaban yang keluar dari mulut Jaemin selanjutnya membuat tiga orang yang mendengarnya mematung ditempat,

“Renjun, ayo go public

Jaemin sialan..