fana

Aku mencintaimu, dan mencintaimu

Kalimat cinta penuh damba terus ia utarakan dalam hatinya. Dia, lelaki tampan yang kemolekan wajahnya tak 'kan pernah lekang oleh waktu.

Jeno genggam tangan yang terasa dingin namun hangat itu dengan penuh perasaan. Seolah yang sedang ia genggam adalah sebuah kaca setipis kertas yang mudah pecah.

Dia pandangi wajah yang masih terlihat elok walau usia sudah rakus memakannya. Aku mencintaimu

Rambutnya yang memutih, kulitnya yang pucat keriput, dan mata yang terpejam . Puspa hati nya, terbaring diam dengan hembusan nafas yang pergi meninggalkan raga yang tercinta.

Renjun, aku mencintaimu

“Jeno, sudah waktunya.”

Haruskah

Ah , rasa sesal kembali menggerogoti sanubarinya. Kenapa, apa gunanya abadi kalau rasanya tetap mati

Jeno, seorang vampir yang akhirnya bertemu kembali sang pujaan hati, Renjun. Namun kisahnya tetaplah sama, ia di tinggalkan lagi.

Dan ia lelah, lelah mengulangi kisah yang sama berulang kali dengan ia yang selalu mati bersedih.

“Jaemin—

Aku akan melakukannya.”

Di sini lah ia sekarang. Berdiri tegak di atas gunung yang tinggi, menunggu sang Bagaskara keluar dari persembunyiannya.

Perlahan, cahaya kekuningan mulai muncul. Menerpa wajah sang rupawan, dan mulai mengikis nya.

Tubuh yang tegap dan gagah itu perlahan menghilang, digantikan ribuan kelopak bunga anyelir putih, sebagai lambang kematian.

Akhirnya, sang abadi menjadi fana.

Tapi tidak untuk cintanya.

Renjun, aku mencintaimu