noren

NSFW, mature content, kissing, fingering, anal sex, TYPO! MINOR AWAS YA! dosa ditanggung masing-masing! :D


“Mas Jen, jam segini kok udah boleh pulang?”

“Kangen kamu.” ucap Jeno sambil mengeratkan pelukannya.

Ya, sepertinya pria besar ini sedang dalam mood untuk bermanja-manja dengan suaminya, Renjun. Sekarang masih jam dua siang, dan mereka berdua sudah ada di sofa depan televisi dengan Jeno yang tiduran di paha Renjun. Ditambah kepalanya yang masuk ke dalam kaus longgar dan tipis milik Renjun hadiah dari nya karena suami kecilnya itu menang main ular tangga melawan si bocil Gopar.

“Nghh.. Mas.”

Gigi tajam Jeno baru saja menyentuh kulit perutnya. Desahan lain keluar dari mulut Renjun ketika pusar nya di gigit yang kemudian di jilat. Gila. Ini masih siang hari. Dan sepertinya ia tau akan seperti apa kegiatan mereka nantinya.

Salep nya masih ada'kan ya?


Posisi mereka sudah berubah sekarang. Menjadi Renjun duduk di pangkuan Jeno dengan kaus yang robek di bagian depan. Dan celana dalam. Celana jeans yang tadi ia gunakan sudah menghilang— oh, ternyata celana itu ada di bawah meja.

Tangan kiri Renjun menahan pundak Jeno yang memakan lehernya seperti orang kesetanan. Lehernya terasa perih, karena Jeno mengigit dan menghisapnya terlalu kuat.

Sedang tangan kanannya memegang lengan kiri Jeno yang masuk ke celah celana dalamnya. Mengusap dan sesekali meremas pantatnya. Tenaga dan stamina suaminya yang satu ini benar-benar membuat Renjun sedikit kewalahan.

“Mau main dimana?”

“Mas maunya dimana?”

“Di taman depan?”

“Sinting.”

Percakapan tidak berguna itu menjadi teman perjalanan mereka selama menuju kamar tidur. Dengan Renjun di gendongan Jeno dan tangannya yang tidak berhenti bekerja, seperti, menggoda lubang kering suaminya. Renjun mati-matian mengatur nafasnya. Walau ini bukan unboxing pertamanya, tapi bermain dengan Jeno masih membuatnya gugup.

Baru saja punggungnya menyentuh ranjang, bibirnya sudah dilahap Jeno dengan rakus. Ciuman yang kuat dan Jeno sekali. Seperti seluruh tenaganya dia gunakan untuk menghisap mulutnya kuat-kuat. Hampir seperti dikunyah. Tapi tidak menyakitinya. Ah, dia baru terpikir sekarang, kenapa suami-suami nya senang sekali mengunyah mulut nya ya? Dia akan tanyakan nanti. Kalau tenaganya masih ada.

“Mmnhh..”

Ciuman ganas itu masih terus berlanjut. Sampai akhirnya Renjun berontak, rasanya seperti akan mati karena kehabisan nafas. Ciuman Jeno merambat ke pipi kenyal suaminya. Dia cium lalu hidungnya dia tekan lama guna menghirup aroma tubuh Renjun yang begitu memabukkan.

Selagi tangan kanannya menahan berat tubuhnya, tangan kirinya bekerja keras melepas celana dalam Renjun dan membuka kancing celananya sendiri. Karena bagian bawahnya sudah terasa keras dan sesak. Satu ciuman Jeno berikan lagi. Setelah itu dia bangun dan berjalan ke arah almari kecil di sebelah meja rias, sambil melepaskan sisa pakaian di tubuhnya. Mengambil barang yang dia perlukan dan kembali ke ranjang.

Dirasa tangannya sudah cukup licin. Dia lebarkan kedua kaki Renjun, kemudian bersiul.

“Dih, ngapain sih mas.” jujur saja Renjun agak malu sekarang. Jeno terlalu menatap anggota tubuhnya dengan intens.

“Mas ngga mau lama-lama. Kalo lubang kamu udah siap langsung balik badan ya, sayang.”

Yeah, lalu lubang Renjun langsung terasa penuh. 3 jari, tanpa basa-basi Jeno masukkan langsung 3 jari. “AHH..jenn”

Jari itu bergerak dalam tempo yang cepat. Sepertinya Jeno benar-benar sudah tidak tahan. Bahkan rasanya Renjun sudah hampir mencapai puncaknya. Beberapa tusukan lagi dan sebuah ciuman, akhirnya dia benar-benar datang. Ah, rasanya melegakan. Belum selesai Renjun mengatur nafasnya, pantatnya sudah ditampar. Oke, waktunya menu utama.


“Eughh.. Jen..pelanh..Ah”

Jeno menggempurnya sekuat tenaga. Tangan yang di gunakan sebagai tumpuan sudah mulai bergetar, lagi. Pinggangnya semakin dipeluk erat. Dengan pinggang yang ikut diremas oleh tangan kanannya Jeno.

“Sebentar lagi..”

“Jenn..”

Dorongan Jeno semakin cepat seiring dengan mengetat nya luang Renjun. Sedikit lagi. Dan...beruntung bagi Renjun karena setelah satu jam lebih bermain akhirnya mereka keluar bersamaan.

Jeno menindih tubuh Renjun sedikit, dia jilat belakang telinganya dan berbisik; “Sekali lagi ya, sayang.”

“Tapi mas, ntar sore ada arisan di rumah pak rt.”

“Biar Jaemin aja yang berangkat. Kita main kuda-kudaan lagi.”

“Gantian ya aku yang main kuda.”

“Ngga ada, kalo kamu yang masukin mas takut kegelian.”

“HEHH!”

Sebelum melanjutkan acara main kuda-kudaan nya, Jeno mengambil ponselnya dan mengirim sebuah pesan.