p 4 n t 4 1

Seperti wejangan ekhem calon ipar ekhem , Jupri menjalankan mobilnya dengan pelan dan hati-hati. Senyuman di bibirnya tak luntur sejak meninggalkan pekarangan rumah Rehan. Sesekali ia tengok ke samping untuk melihat sumber senyumnya itu tercipta, ‘cantiknya’

“Hah?”

“Eh”

Keceplosan

Rupanya kalimat pujian itu tidak sengaja ia ucapkan dengan sedikit keras. Jupri terkekeh pelan, dia remas kemudi mobil dengan gemas.

“Kamu cakep banget deh, Rehan.” ujar Jupri pelan.

“Kamu juga”

Pegangan tangannya pada kemudi semakin mengerat, bola matanya melebar. Jupri jelas kaget. Ia berdehem, “Aku kaget, tiba-tiba kamu pake 'kamu' .”

“Hehe, pengen aja. Ngga papa?”

“Ngga papa, ngga papa banget. Kalo boleh jujur, aku lebih seneng dengernya.”

“Kenapa gitu?”

“Menurut kamu, kenapa?”

Jupri tatap mata Rehan sejenak sebelum kembali fokus kedepan. Entah, tapi, Rehan serasa tau apa maksudnya. Dan mengalihkan matanya ke luar jendela mobil dengan senyum tertahan.

———

Perjalanan ke pantai ini memakan waktu sekitar satu setengah jam lebih. Selama perjalanan, untung nya tidak ada kata canggung atau diem-dieman . Keduanya seperti paham satu sama lain, tanpa harus ada kata yang terucap untuk menjaga keadaan tetap kondusif.

“Wahh! Cantiknya” Rehan menggulung celana nya sedikit. Kemudian berjalan lebih dekat ke tengah pantai.

“Juju, sini deh.” Iya, keduanya sepakat untuk saling memanggil nama saja, Jupri bilang, ‘biar status nya keliatan agak berubah dikit, itu kalo Rehan mau sih’ , dan di setuju oleh pihak ke dua.

“Aku di sini aja deh. Kamu jangan jauh-jauh, takut di culik kerang ajaib.”

“Idih, ngga jelas.”

Rehan sibuk bermain main dengan air, dan Jupri dengan siap menjadi juru foto dadakan. Baginya, eksistensi Rehan jauh lebih penting dan menarik dari lautan di belakang nya. Dia begitu menawan, begitu bersinar, sangat indah. Entah sudah berapa kali Jupri memuji ciptaan Tuhan satu itu. Mungkin tak cukup sekali.

“Tuhan, tolong jodoh kan aku dengan Rehan. Atau jodoh kan Rehan dengan aku. Kalau bukan jodoh, masa bukan sih. Pokoknya tolong di buat jodoh ya Tuhan.” – Jupri, yang cintanya belom terbalas.

Jam telah berganti angka, Jupri dan Rehan memutuskan menyudahi acara bermain pasir di pantai, lalu memutuskan singgah di sebuah rumah makan yang masih berada di kawasan pantai, dengan sebagian besar menu yang berasal dari laut.

“Rehan mau makan apa?”

“Emm, mauuu..udang asam manis sama cumi goreng tepung aja deh, Ju. Minumnya lemon tea. Kamu apa?”

“Oke. Aku kepiting saus padang, lobster tim telur, sama kerapu tim tomyam. Aku bedain biar kamu bisa banyak icip-icip.” Setelah itu Jupri pergi untuk memesan makanannya, meninggalkan Rehan dengan pikiran, ‘ya ampun Juju pengertian bangetttttttt, tau aja gue sebenernya pengen pesen banyak tapi maloee’

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan sampai di depan mereka. Keduanya makan dengan nikmat dan tenang. Tapi, Jupri lebih fokus memperhatikan Rehan yang makan dengan lucu. Beberapa kali saus atau sisa makanan menempel di wajah Rehan. Dan akan ada Jupri yang siap sedia tisu untuk mengelapnya.

Perjalanan di lanjutkan dengan berjalan jalan melihat berbagai cinderamata atau makanan oleh-oleh yang dijual di sana. Membeli beberapa dan lanjut berjalan, lalu dengan sadar, tangan keduanya saling bertaut.

Sisa hari itu di akhiri dengan ucapan terima kasih dari Rehan untuk Jupri. Dan balasan kembali kasih dari Jupri untuk Rehan. Dengan sedikit usapan di kepala Rehan dari tangan besar Jupri, ia pamit pulang.