primera historia
Berisi flashback, dan penulisannya bakal beda dari narasi yang biasanya ya, kalo bosen maap yaa. selamat membaca Tw // almost raped
Amasta Guntur, seorang anak pindahan dari kota sebelah yang langsung terkenal dikalangan anak-anak sekolah barunya ini. Dia pindah saat menginjak kelas 5 SD, karena faktor pekerjaan orang tuanya. Dibalik parasnya yang cantik dan manis— untuk ukuran laki-laki, dia juga pintar dan humble. Dia bahkan masuk kelas unggulan, kelas 5A, dan langsung bergabung dengan 3 orang anak terkenal di SD itu. Terry Abraham, Zeeno Lexy, dan Robert Pramudya.
Ketiga anak itu sudah berteman sejak mereka masih memakai popok, tentu saja, karena mereka tinggal di satu komplek yang sama. Dan masuk di sekolah dasar yang sama juga. Semuanya berjalan biasa biasa saja, normal, seperti hari-hari sebelumnya, bagi mereka. Cuma kali ini, ada anak manis yang ikut bergabung bersama mereka.
Amasta tentu senang, karena tidak seperti pemikirannya yang ia kira mungkin akan sulit baginya mendapatkan teman, nyatanya malah sebaiknya. Dia nyaman berteman dengan Terry dan yang lainnya.
Sampai, cinta monyet itu datang.
Amas menaruh rasa pada Terry.
Tapi dia diam
Dia pikir anak SD sepertinya belum waktunya bermain dengan perasaan seperti itu. Walau nyatanya banyak juga anak-anak SD yang sudah mulai berpacaran. Tapi dia tidak mau.
Terry anak yang ceria, baik, murah senyum, dan siapapun yang ada di dekatnya akan merasa nyaman. Jadi tidak heran kan, kalau Amas menaruh rasa?
Waktu berlalu, dan masa SMP sudah ada di depan mata. Terry, Amas, dan Robert memutuskan untuk berada di satu SMP yang sama. Sedangkan Zeeno berada di SMP yang berbeda dengan ketiga kawannya.
Hampir tiga tahun berteman, rupanya bukan cuma Amas saja yang hatinya muncul benih-benih asmara remaja. Diam-diam Terry juga sudah menaruh rasa pada Amas. Dan Robert dengan terang-terangan menyatakan rasa sukanya pada orang yang sama, Amasta.
Alasan Robert yang transparan dengan perasaannya, adalah karena dia tau, kalau Terry juga menaruh rasa pada orang yang sama. Kala itu dia ingin egois. Dan Terry yang tidak mau pertemanannya hancur cuma gara-gara cinta monyet ini, memilih mudur dan memasang topeng terbaiknya. Berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tanpa tau, kalau ada hati kecil seseorang yang tercubit karenanya.
Kelas 11, Robert menyatakan rasa sukanya pada Amas, disaksikan Terry dan Zeeno, dan berakhir dengan penolakan.
Awalnya dia mencoba baik-baik saja, menerima alasan yang Amas berikan. Tetapi, semuanya berubah menjadi amarah, setelah tanpa sengaja ia lihat, tatapan mata Amas yang melihat Terry dengan pandangan berbeda. Ada yang salah di sini, dan dia sadar itu.
Robert tidak terima, Terry selalu jadi yang pertama dan utama.
Untuk kali ini dia tidak mau di belakang lagi.
Setiap manusia pasti punya topeng. Termasuk Robert. Dia gunakan topeng nya untuk menghasut Terry agar membantunya mendapatkan Amas. Terry sejujurnya ragu, bukankah yang namanya perasaan itu tidak bisa di paksakan? Tapi yang namanya Terry, dia lakukan apapun untuk temannya.
Temannya sedari kecil.
Dan Amasta sadar itu. Dia tidak sebodoh itu. Rasa sukanya pada Terry membuatnya jadi sering memperhatikannya. Dia jadi sedikit demi sedikit menjauh dari Robert, dengan harapan dia bisa menghentikannya untuk memperalat temannya sendiri, demi dirinya.
Robert semakin marah. Pikirannya jadi jahat. Apalagi setelah ia bertemu dengan kawan-kawan barunya, anggota geng motor dan hobi tawuran.
Dia buat rencana. Menjatuhkan harga dirinya dengan memohon pada Terry agar Amas mau berkencan dengannya malam ini, hanya malam ini. Malam hancurnya pertemanan mereka.
Terry dengan rasa tidak enak hatinya juga menelan rasa pahit. Dengan berat hati, dia datangi rumah Amas, dan menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan. Karena Terry yang meminta, Amas bisa apa.
Sabtu malam itu, Amas di bawa Robert ke tongkrongan teman barunya. Sebuah rumah milik salah seorang dari mereka yang dijadikan markas, karena orang tuanya yang tidak ikut tinggal di sana.
Dengan hati bergetar dan perut yang entah kenapa terasa mual, Amas jejakan kakinya di sana. Dia liat, anak-anak remaja yang berpencar di berbagai tempat di rumah itu. Dengan minuman memabukkan di tangan, atau rokok yang tersemat di bibir. Keringat mulai muncul di dahinya. Amas takut.
Dia memohon pada Robert untuk pulang, atau sekiranya pergi dari tempat ini. Tapi yang ia dapat malah bentakan, menyuruhnya untuk diam dan ikuti saja dirinya.
Dengan sisa kesadarannya, dia tekan ponselnya menghubungi nomor seseorang. Membiarkan panggilan itu tetap hidup di saku celananya. Sementara ia berjalan mengikuti kemanapun Robert berjalan.
Sebuah botol berisi air mineral Robert berikan padanya. Tutupnya masih tersegel. Membuat Amas menurunkan kewaspadaannya. Satu teguk, dua teguk, air itu mengalir melewati kerongkongannya.
Tak selang berapa lama badannya mulai terasa panas. Dia sadar di jebak. Dan Amas mulai panik. Sekuat tenaga dia tahan dirinya. Berdoa dalam hati memohon pertolongan. Dia remas tangannya sendiri dengan kuat. Dinding mulutnya dia gigit dengan kuat. Air matanya jatuh.
Harapannya satu-satunya adalah ponsel yang ada di sakunya, dan semoga seseorang itu mendengar rintihannya.
Badannya lemas, air mata tak kunjung reda. Dia tatap temannya, Robert, yang sudah melepaskan jaket dan kaos milik Amas, sekarang berada di atasnya. Nama Tuhan, mama papa, dan Terry tak lepas dari doanya.
Kesadarannya samar-samar. Tapi dia masih bisa merasakan puluhan pasang mata sedang menatap dirinya. Ia malu, dan sangat ketakutan. Lehernya mulai terjamah. Tangisnya semakin deras kala tubuhnya tak bisa melawan.
Matanya mulai terpejam. Sampai seseorang memeluk erat tubuh lemas nya. Memasanginya dengan jaket dan berbisik ribuan maaf di telinganya. Bau parfum ini.
Cinta nya. Terry disini.
Badannya ia ikhlaskan untuk melemas. Karena sudah ada Terry nya disini.
Hampir dia pikir malam ini ia akan kehilangan masa remajanya. Rupanya Tuhan masih mau mendengarkan sedikit doanya. Dia kiriman syukur sebanyak-banyaknya atas keselamatannya kali ini.
Dia bersyukur, karena Tuhan mengirimkan Terry untuknya.